Al-Furqan · Ayat 42

اِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ اٰلِهَتِنَا لَوْلَآ اَنْ صَبَرْنَا عَلَيْهَاۗ وَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ حِيْنَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ اَضَلُّ سَبِيْلًاing kâda layudlillunâ ‘an âlihatinâ lau lâ an shabarnâ ‘alaihâ, wa saufa ya‘lamûna ḫîna yaraunal-‘adzâba man adlallu sabîlâSesungguhnya hampir saja dia (Nabi Muhammad) menyesatkan kita dari sesembahan kita seandainya kita tidak tetap bertahan (menyembah)-nya.” Kelak mereka akan mengetahui pada saat melihat azab, siapa gerangan yang paling sesat jalannya.
Padahal mereka tahu bahwa Nabi Muhammad tidaklah pernah berdusta. Mereka merasa bahwa Nabi Muhammad telah melakukan upaya maksimal dalam berdakwah, sehingga di antara mereka saling berbisik, "Sungguh, hampir saja dia yakni Nabi Muhammad, menyesatkan, membelokkan kita dari sesembahan kita, seandainya kita tidak tetap bertahan menyembah-nya”. Mereka tetap dengan sesembahannya; walaupun dengan dalih yang dibuat-buat, mengelabui orang lain, atau dengan jalan menakut nakuti. Dan kelak mereka akan mengetahui pada saat mereka melihat azab, baik di dunia maupun di akhirat siapa yang paling sesat jalannya, apakah Nabi Muhammad yang berada pada jalur kebenaran atau mereka sendiri. Pada waktu perang Badar, hal tersebut terbukti.

Artikel Terkait

Lihat lainnya